Chen Shu-Chu; Pedagang Sayur Yang Telah Diakui Keberpengaruhannya Oleh TIME

Chen Shu-Chu hanyalah seorang pedagang sayur biasa yang punya kios di pasar besar Taitung County, kawasan tenggara Taiwan. Tapi, sejak majalah TIME merilis daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia kamis, 29 maret 2010, perempuan 59 tahun itu mendadak tenar.

“apa itu majalah TIME ? saya tidak pernah tahu,” ujar Chen saat diwawancarai Central News Agency di kiosnya jum’at (30 maret 2010). Dia bahkan mengaku malu saat diberi tahu bahwa majalah bergengsi Amerkia Serikat (AS) itu memasukkannya dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia. Ia sejajar dengan mantan Presiden AS Bill Clinton, reformis iran Mir Hossein Moussavi dan bintang laga Jet Li. “ini membuat saya malu. Tapi, terima kasih atas perhatian anda semua,” lanjutnya.

Dalam esai yang dia tulis tentang Chen untuk TIME edisi Kamis, 22 maret 2010, sutradara Brokeback Mountain Ang Lee menyatakan kagum pada kesederhanaan perempuan berambut sebahu tersebut. “ini bukan tentang sesuatu yang luar biasa. Tapi, justru tentang kesederhanaan dan kemurahan hatinya, “ungkap pria berdarah Amerika-Taiwan tersebut. Sebab, meski tidak bergelimang harta dan kemewahan, Chen selalu menyempatkan beramal.

“uang menjadi berguna hanya jika berada ditangan orang yang membutuhkannya,” tandas Chen. Karena itu, tidak heran jika selama 17 tahun terakhir dia menyumbangkan tidak kurang dari USD 320.000 (sekitar Rp. 2,8 miliar) ke yayasan-yayasan sosial. Termasuk donasi untuk yayasan anak-anak dan panti asuhan yang besarnya masing-masing USD 32.000 (sekitar 288,3 juta). Juga sumbangan senilai USD 144.000 (sekitar Rp. 1,29 miliar) untuk perpustakaan sekolahnya dulu.

Namun, Chen disebut sebagai dermawan. “saya tidak pernah memberikan donasi yang yang nilai nominalnya sangat besar,” tandasnya. Seperti dilansir Agence France-Presse pada kamis, 1 mei 2010. Pekerja keras yang memilikitiga anak angkat itu juga enggan bercerita banyak soal sumbangan-sumbangannya ke yayasan sosial. Sebab, menurut dia, amal yang dia berikan bukan untuk dipublikasikan. “apalagi, ini juga bukan bagian dari kompetisi,” imbuh Chen.

Perempuan yang tidak tamat sekolah dasar karena kesulitan biaya itu menekuni bisnis sayur-mayur di pasar Taitung sejak berusia 13 tahun. Awalnya, dia hanya membantu orang tuanya yang memang pedagang sayur di sana. Kini, dialah yang mengelola kios sayur tersebut. Selama hampir lima dekade, Chen menjadi pedagang sayur dengan jam terbang paling tinggi. Sebab, tiap hari, kiosnya lah yang buka paling pagi dan tutup paling sore.

“mengagumkan. Tapi, di atas semua (donasi) yang sudah diberikan itu, keteladanan lah yang menjadi sumbangan terbesarnya,” terang TIME dalam pernyataan resminya tentang Chen. Sosok rendah hati itu berambisi memberikan pendidikan serta makanan gratis bagi masyarakat miskin. Karena itu, wajar jika TIME mencatat nama Chen dalam kategori pahlawan. Maret 2010, Chen juga dinobatkan sebagai satu dari 48 pahlawan amal asia oleh majalah Forbes.